Sabtu, 17 Maret 2012

'Palestina Harus Jadi Simbol Kemerdekaan'

Minggu, 18 Maret 2012 07:02 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Nashih Nashrullah/Laporan dari Teheran

Tim relawan Global March to Jerussalem GMJ (GMJ) dari berbagai negara, Sabtu (17) mendapat kehormatan bersilaturahim dengan Dewan Parlemen Iran. Rombongan berangkat setelah berorasi dan menggelar seremoni dengan pengibaran bendera dan pelepasan burung merpati, sebagai tanda kebebasan Palestina di Monumen Nasional Azadi Square. Mereka menyusuri jalan protokol Teheran menggunakan tiga bus besar menuju gedung Dewan yang beralamat di Baharestan Square.

Gedung Dewan Parlemen Negeri Para Mullah tak terlalu mewah. Jauh lebih megah Gedung DPR-RI di Senayan. Tetapi, protokol yang diberlakukan ketat. Para peserta tidak diperkenankan membawa ponsel dan kamera. Rombongan diterima langsung oleh Ketua Dewan Parlemen Iran, Ali Larijani dengan sejumlah anggota dewan, antaralain tampak Ghafouri Fard. 

Dalam pidatonya, Ali Larijani menyatakan dukungannya penuh terhadap GMJ. Gerakan semacam ini menciptakan harapan bagi keberhasilan perjuangan kemerdekaan Palestina.

Menurutnya, Umat Islam harus mempertahankan kesucian Tanah Aqsa. Karenanya, kemerdekaan Palestina adalah tujuan utama. Bahkan, Palestina harus menjadi tolak ukur bagi makna sebuah kebebasan dari penindasan bangsa lain. “Palestina harus jadi simbol kemerdekaan,”katanya.

Ia mengatakan, Israel kini berupaya keras merebut Tanah Palestina sepenuhnya dari penduduk asli. Bangsa Zionis itu hendak menghapus sejarah entitas selain Yahudi di negara tersebut. Mereka hendak menjadikan Baitul Maqdis, sebagai ibukota abadi bagi negara Zionis.

Tak hanya itu, mereka mempersulit warga Gaza  dengan melancarkan berbagai serangan. Brutalitas dan arogansi ini jelas bertentangan dengan prinsip kemanusiaan. “Tiap manusia punya hak hidup merdeka,” katanya.

Ia menyayangkan sikap sebagian negara Muslim yang terkesan tak peduli dengan isu Palestina. Padahal, ia meyakini, dengan bersatu, maka Al-Aqsha bisa kembali ke pangkuan Islam.

Tokoh berpengaruh dan pernah menjabat sebagai negoisator nuklir itu juga mengkritik sikap tidak konsisten Amerika Serikat. Negara adikuasa itu, kerap mendeklarasikan sebagai pengusung kemanusiaan dan pejuang hak asasi manusia. Tetapi, dunia internasional sudah tahu wajah asli negara Paman Sam tersebut. AS terbukti melanggar komitmennya. Hal ini terbukti dengan berbagai kasus pelanggaran ham di Irak dan Afghanistan.

Terakhir kali, ialah kasus pembakaran Alquran di Afghanistan yang menyulut protes berkepanjangan Muslimin di berbagai negara. Di Afghanistan sendiri gelombang penolakan dan ketegangan memuncak kembali pascainsiden tak pantas tersebut 

Ia menambahkan, kini Barat menyaksikan kebangkitan Islam di semenanjung Arab. Strategi Barat pasca perang dunia kedua dengan menciptakan diktator untuk menekan gerakan Islam, terbukti gagal. Diktator bertumbangan, dan masyarakat mayoritas lebih memilih partai-partai Islam di pemilu. “Ini adalah gejala positif untuk satukan barisan dukung Palestina,”katanya

Ghafouri Fard mengatakan Negara Iran mendukung Palestina merebut kemerdekaannya kembali. Pemimpin Revolusi Iran pertama, Ayatullah Komeini, selalu dekat dengan Palestina. Bagi, tokoh revolusioner itu, siapapun yang menyatakan perlawanan terhadap Israel, adalah teman bagi Iran.

Segenap warga Iran dan masyarakat Muslim dunia, menginginkan warga Palestina menghuni kembali Tanah Kelahiran mereka. “Tak ada lagi tempat buat apartaid rasisme,” katanya menegaskan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar