Kamis, 05/04/2012 10:02 WIB
Tes-tes Kesehatan yang Nggak Penting Dilakukan
Putro Agus Harnowo - detikHealth
(foto: Thinkstock)
Jakarta, Sembilan asosiasi kesehatan di Amerika Serikat, termasuk
American Society of Clinical Oncology dan
American College of Cardiology
yang mewakili hampir 375.000 dokter menantang pendapat bahwa makin
banyak pemeriksaan kesehatan yang diberikan kepada pasien akan lebih
baik.
Untuk itu, asosiasi-asosiasi ini menyusun pedoman mengenai
beberapa macam pemeriksaan kesehatan yang dianggap tidak perlu
dilakukan.
Rekomendasi ini muncul setelah banyaknya pertanyaan
dari berbagai pihak mengapa Amerika Serikat menghabiskan begitu banyak
anggaran untuk perawatan medis dibanding negara maju lainnya namun masih
menghasilkan hasil yang biasa-biasa saja secara keseluruhan.
Rekomendasi
ini mungkin akan menimbulkan kontroversi dan memunculkan tudingan bahwa
pihak medis tidak menggunakan kemoterapi dan perawatan lainnya untuk
mengobati pasien kanker agresif seperti kanker kolorektal atau
paru-paru. Kedua kanker ini memang sering tidak berefek jika hanya
sekali mendapat kemoterapi.
"Tujuannya adalah untuk mengurangi
pengeluaran yang tidak perlu tanpa merugikan pasien. Manfaat lainnya
adalah menghindari risiko yang berhubungan dengan tes medis, misalnya
terkena radiasi. Kami melakukan ini karena kami pikir pemeriksaan
kesehatan tidak diperlukan jika masalahnya sudah dapat disingkirkan,"
kata Dr Christine Cassel, presiden dari American Board of Internal
Medicine seperti dilansir
MSNBC, Kamis (5/4/2012).
Berikut adalah daftar tes kesehatan yang seharusnya tidak diperlukan tapi sering diberikan kepada pasien :
1. Melakukan scan
computed tomography (CT) atau
magnetic resonance imaging (MRI) kepada orang yang telah pingsan tetapi tidak menunjukkan gejala neurologis, menurut American College of Physicians
2.
Pemindaian kepadatan tulang untuk mengetahui gejala osteoporosis pada
wanita berusia di bawah 65 tahun dan pria di bawah 70 tahun tanpa faktor
risiko penyakit, menurut American Academy of Family Physicians (AAFP)
3.
Tes pencitraan untuk pasien nyeri punggung bagian bawah dalam 6 minggu
pertama gejalanya, kecuali ditemukan kondisi bahaya seperti gangguan
neurologis berat, menurut AAFP.
4.
Pap smear untuk wanita berusia di bawah 21 tahun karena kelainan pada remaja biasanya hilang dengan sendirinya, menurut AAFP.
5. Tes pencitraan pada orang dengan sakit kepala biasa, menurut American College of Radiology
6.
Pencitraan tes tekanan jantung untuk orang dewasa sehat tanpa gejala
penyakit jantung. Tes harus dilakukan hanya pada pasien yang berisiko
penyakit jantung, penderita diabetes yang berusia lebih dari 40 tahun,
dan penderita penyakit arteri perifer, menurut American College of
Cardiology.
7. Antibiotik untuk penderita infeksi sinus karena
sebagian penderitanya sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan dalam
beberapa minggu. Virus adalah penyebab sebagian besar infeksi sinus,
sehingga antibiotik tidak akan membantu menurut American Academy of
Allergy, Asthma & Immunology.
8. Kolonoskopi (pemeriksaan
usus besar) dalam waktu 10 tahun untuk pasien berusia 50 tahun atau
lebih yang telah diperiksa namun hasilnya negatif, menurut American
Gastroenterological Association.
9. Tes pemeriksaan rutin untuk
mendeteksi kanker pada pasien dialisis dengan harapan hidup terbatas dan
tidak ada tanda-tanda atau gejala kanker. Tes ini tidak meningkatkan
kelangsungan hidup pasien dan dapat menyebabkan stres yang tidak perlu,
menurut American Society of Nephrology.
Pada pasien kanker
payudara dan kanker prostat, pencitraan seperti PET dan CT untuk mencari
metastasis tidak dapat meningkatkan deteksi kanker atau memperpanjang
kelangsungan hidup. Apalagi, menemukan metastase awal tidak akan
meningkatkan kelangsungan hidup pasien kanker payudara.
"Tetapi
tes pencitraan yang mahal ini seringkali mendeteksi perubahan sel
sebagai kanker sehingga membuat dokter melakukan prosedur bedah yang
tidak perlu atau memberikan pengobatan yang justru dapat mempersingkat
hidup," kata Dr Lowell Schnipper, spesialis kanker di Boston yang
membantu menysusun pedoman ini.
Penelitian menemukan bahwa 99%
pasien kanker stadium awal yang memiliki risiko kanker prostat kecil
tidak mendapatkan manfaat dari tes scan atau pencitraan.
Pada
pasien kanker payudara yang telah berhasil diobati, pencitraan maupun
tes darah dapat meningkatkan kelangsungan hidup. Namun kekambuhannya
kebanyakan ditemukan melalui pemeriksaan fisik atau mammogram.
"Mengapa
dokter terus melakukan pemeriksaan ini? Kebanyakan dokter memang
menyadari bahwa tes ini tidak bermanfaat bagi pasien Tapi dalam
pengalaman saya sendiri mengobati pasien kanker payudara, kadang-kadang
ketika saya menjelaskan bagaimana prosedur ini tidak membantu pasien,
pasien akan berkata, 'pemeriksaan ini akan membantu saya tidur nyenyak
di malam hari'. Dan saya pun melakukannya," kata Schnipper.
(
pah/ir)